Kaum Muslimin mengenal secara luas kitab Ihya` Ulumuddin, sebuah kitab yang membahas Ibadah, adat, dan sesuatu yang merusak dan menyelamatkan, namun karena sejumlah masalah mengandung kritik di dalamnya, Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah meringkasnya menjadi Minhaj al-Qashidin, lalu disaripatikan lagi oleh Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi menjadi Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, yang merupakan kitab asli buku ini.
Di awal, buku ini mengingatkan pentingnya berilmu bagi setiap Muslim, dan bahwa ilmu itu ada yang terpuji tapi ada juga yang tercela; berikut tentang penyakit-penyakit ilmu, karakteristik ulama, dan batasan ilmu akhirat.
Buku ini terdiri dari empat perempat:
Seperempat pertama: Ibadah. Ini adalah tujuan manusia diciptakan. Dan buku ini fokus menjabarkan hikmah, rahasia, dan keajaiban ibadah kepada Allah yang bersifat batiniyah. Nilai lebih dalam buku ini adalah, ulasan menyentuh tentang keagungan tersembunyi di balik setiap ibadah yang kita lakukan, sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa ibadah-ibadah tersebut memang disyariatkan oleh Tuhan semesta.
Seperempat kedua: Adat. Yang berisi adab-adab dalam menghadapi kehidupan dunia, agar kita tidak diperbudak oleh dunia, dan agar mampu menundukkannya sehingga menjadi bekal menuju akhirat, dan bukan menjadi tujuan. Mencakup adab-adab lahir dan batin, makan dan minum, berkeluarga, mencari rizki, interaksi sosial, dan bagaimana menebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Seperempat ketiga: Apa-apa yang membinasakan. Yang intensif menyingkap hal-hal negatif pada diri manusia yang bisa membinasakan, agar kita semua waspada. Di antara yang membinasakan itu adalah akhlak-akhlak yang buruk; yang zahir seperti akhlak buruk lisan, dusta, ghibah, namimah, berkata keji dan kotor, gaduh dan berteriak-teriak; lalu akhlak buruk hati, seperti: Hasad, syahwat, amarah, cinta pujian, cinta dunia, cinta kedudukan, sombong dan angkuh, tinggi hati, dan lainnya. Semuanya diuraikan dengan sangat bagus di sini, dan lengkap dengan terapi dan cara-cara merubahnya menjadi positif, sehingga orang yang membaca buku ini, bisa memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
Seperempat keempat: Apa-apa yang menyelamatkan. Yaitu bertaubat dari segala dosa dan maksiat, kemudian memupuk sifat sabar, pandai bersyukur, penuh pengharapan, takut akan hukuman Allah, wara’, zuhud, dan lebih memilih hidup sederhana. Dan buku ini ditutup dengan masalah paling penting yaitu, bagaimana menempa diri agar bertauhid secara benar, yang mencakup: Cinta, berharap dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan itu semua ditutup dengan nasihat penting bagaimana kita senantiasa mengingat kematian, agar kita sadar bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini, sepanjang umur dan sepanjang hari, sejak bangun tidur hingga kembali ke peraduan, akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah; kebaikan atau keburukan sebesar atom pun akan dibalas. Buku ini adalah bimbingan terbaik meraih akhirat yang baik, insya Allah.